Sejarah kejayaan Islam tak lepas dari amalan jihad yang diperani oleh
para pendahulu umat ini. Jihad memiliki kedudukan mulia di dalam Islam.
Tentunya, diatas ketentuan yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya .
Bukan aksi teror yang muncul dari semangat tanpa ilmu. Tulisan berikut
ini adalah memaparkan gambaran jihad fii sabilillaah di masa Khalifah
Abu Bakr Ash-Shiddiq .
Seusai memulihkan kondisi jazirah ’Arab,
dengan memerangi kaum murtad dan orang-orang yang menolak membayar
zakat, Abu Bakr berusaha keras memobilisasi pasukan Islam dalam upaya
menaklukkan negeri Syam yang termasuk daerah teritorial kerajaan Romawi.
Keadaan Romawi sebelum Peperangan
Ketika pasukan Islam bergerak menuju Syam, tentara Romawi merasa
terkejut dan sangat takut. Dengan serta-merta mereka mengirimkan surat
yang memberitahukan akan hal tersebut kepada Heraklius, raja Romawi yang
berada di Himsh (sekarang dikenal dengan Homs –red).
Dia pun
melayangkan surat balasan yang berbunyi, ”Celaka kalian! Sesungguhnya
mereka adalah pemeluk agama baru. Tidak ada yang bisa mengalahkan
mereka. Patuhilah aku, dan berdamailah dengan menyerahkan setengah
penghasilan bumi Syam! Bukankah kalian masih memiliki pegunungan
Romawi?! Jika kalian tidak mematuhi perintahku, niscaya mereka akan
merampas negeri Syam dan akan memojokkan kalian hingga terjepit di
pegunungan Romawi.”
Tatkala telah mendapatkan surat balasan
seperti ini, mereka (tentara Romawi) tidak mau menerima saran tersebut.
Akhirnya, mau tidak mau Raja Heraklius mengirim pasukan dalam jumlah
yang besar. Pasukan Romawi mulai bergerak, dan berhenti di lembah
Al-Waqusah, di samping sungai Yarmuk yang berdataran rendah dan memiliki
banyak jurang.
Kedatangan Khalid bin Al-Walid dari ‘Iraq
Pasukan Islam yang berada di Syam segera meminta bantuan. Maka Abu Bakr
Ash-Shiddiq memerintahkan Khalid bin Al-Walid agar menarik diri dari
’Iraq untuk kemudian menuju Syam bersama bala tentaranya.
Dengan segera Khalid menunjuk Al-Mutsanna bin Haritsah radhiyallahu
a’nhu sebagai penggantinya di ’Iraq. Kemudian beliau bergerak cepat
dengan membawa 9.500 personel pasukan menuju Syam. Mereka melalui
jalan-jalan yang tidak pernah dilalui seorang pun sebelumnya, dengan
menyeberangi padang pasir, mendaki gunung, serta melewati lembah-lembah
yang sangat gersang.
Persiapan Pasukan Islam
Abu Sufyan
mengusulkan, layaknya ahli strategi perang, agar pasukan dibagi menjadi
tiga formasi. Sepertiga bersiap-siap di depan pasukan Romawi, sepertiga
lainnya yang terdiri dari bagian perbekalan dan para wanita agar
berjalan, dan sepertiga yang tersisa dipimpin oleh Khalid di posisi
belakang. Jika musuh telah mencapai perkemahan wanita dan perbekalan,
Khalid akan berpindah ke depan kaum wanita, sehingga mereka dapat
menyelamatkan diri di belakang pasukan Khalid bin Al-Walid .
Maka mereka pun segera merealisasikan usulan itu. Pasukan Islam mulai
berkumpul dan berhadapan dengan musuh pada awal bulan Jumadil Akhir
tahun 13 H.
Strategi Pasukan Islam
Pasukan Islam kala itu
jumlahnya berkisar antara 36 ribu sampai dengan 40 ribu personel
tentara. Di dalamnya terdapat seribu orang shahabat Nabi . Seratus
orang dari mereka adalah para veteran perang Badar.
Abu
’Ubaidah ibnul Jarrah (namanya Hanzholah bin Ath-Thufail) memimpin
posisi tengah pasukan. ’Amru bin Al-’Ash dan Syarahbil bin Hasanah
memimpin sayap kanan pasukan. Sedangkan pemimpin sayap kiri pasukan
adalah Yazid bin Abi Sufyan (dia dikenal dengan sebutan Yazid Al-Khoir).
Khalid membawa kudanya ke arah Abu ’Ubaidah dan berkata, ”Aku akan memberikan usul.”
Abu ’Ubaidah menjawab, ”Katakanlah, aku akan mendengar dan mematuhinya.”
Khalid kembali berkata, ”Musuh pasti menyiapkan pasukan besar untuk
membobol pertahanan pasukan kita. Aku khawatir pertahanan sayap kiri dan
kanan akan kebobolan. Menurutku, pasukan berkuda harus dibagi menjadi
dua kelompok. Satu pasukan ditempatkan di belakang sayap kanan, dan yang
lain ditempatkan di belakang sayap kiri. Apabila musuh berhasil
menembus pertahanan sayap kiri atau kanan, para pasukan berkuda berperan
membantu mereka. Lalu kita datang menyerbu dari belakang.” Abu ’Ubaidah
berkomentar, ”Alangkah jitu usulmu itu!”
Khalid bin Al-Walid
pun memerintahkan agar Abu ’Ubaidah ibnul Jarrah pindah ke posisi
belakang. Hal ini agar jika ada tentara Islam berlari mundur, ia akan
malu saat melihatnya kemudian kembali ke kancah pertempuran. Kemudian
Khalid menginstruksikan agar para wanita bersiap-siap dengan pedang,
pisau belati, dan tongkat. Khalid berkata, ”Siapa saja yang kalian
jumpai melarikan diri dari medan pertempuran, bunuh dia!”
Strategi Pasukan Romawi
Setelah menerima bantuan personel dari pusat, pasukan Romawi maju
dengan kesombongan membawa 240 ribu personel. 80 ribu pasukan pejalan
kaki, 80 ribu pasukan berkuda, dan 80 ribu pasukan yang diikat dengan
rantai besi (setiap sepuluh tentara diikat menjadi satu agar tidak lari
dari peperangan).
Mereka bergerak hingga menutupi seluruh
tempat yang ada seakan-akan mereka adalah awan hitam. Mereka
berteriak-teriak, mengangkat suara tinggi-tinggi, sementara para
pendeta, uskup, maupun pihak gereja mengelilingi pasukan membacakan
Injil sambil memotivasi mereka agar gigih dalam berperang.
Pasukan lini depan dipimpin oleh Jarajah (George), sayap kiri dan kanan
dipimpin oleh Mahan dan Ad-Daraqus. Pasukan penyerang dipimpin oleh
Al-Qolqolan, menantu Heraklius. Adapun pimpinan tertinggi pasukan ini
adalah saudara kandung Heraklius yang bernama Tadzariq.
Perundingan sebelum meletusnya Pertempuran
Abu ’Ubaidah dan Yazid bin Abi Sufyan maju ke arah pasukan Romawi
dengan membawa Dhirar bin Al-Azur, Al-Harits bin Hisyam dan Abu Jandal
bin Suhail untuk bertemu dengan Tadzariq yang tengah duduk di dalam
tenda yang terbuat dari sutera.
Para shahabat berkata, ”Kami tidak dihalalkan memasuki tenda ini.”
Maka dibentangkanlah karpet dari sutera dan mereka dipersilahkan untuk
duduk di atasnya. Para shahabat berkata, ”Kami tidak diperbolehkan
duduk di atasnya.”
Akhirnya Tadzariq duduk di tempat yang mereka inginkan.
Para shahabat mendakwahinya agar masuk Islam, namun perundingan ini
berakhir tanpa hasil. Akhinya mereka pun kembali ke barisan pasukan.
Pemimpin sayap kiri Romawi yang bernama Mahan ingin bertemu dengan
Khalid bin Al-Walid di antara dua pasukan yang saling berhadapan. Mahan
berkata, ”Kami mengetahui bahwa kemiskinan dan kelaparanlah yang
mengeluarkan kalian dari negeri kalian. Maukah kalian jika aku beri
sepuluh dinar untuk setiap tentara beserta makanan dan pakaian, lalu
kalian pulang ke negeri kalian? Dan pada tahun depan aku akan memberikan
jatah yang serupa?”
Khalid bin Al-Walid menjawab,
”Sesungguhnya, bukanlah yang mengeluarkan kami dari negeri kami apa yang
engkau sebutkan tadi. Tetapi sebenarnya kami adalah sekelompok manusia
peminum darah. Dan telah sampai berita kepada kami bahwa tidak ada darah
yang lebih segar daripada darah kalian, bangsa Romawi. Untuk itulah
kami datang kesini!” Mendengar jawaban itu para sahabat Mahan berucap,
”Demi Allah, ucapan tersebut baru pertama kali kita dengar dari bangsa
’Arab.”
Jalannya Pertempuran
Pasukan Romawi pada perang ini
keluar dalam jumlah besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Khalid
juga membawa pasukan besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam
sejarah ’Arab.
Tatkala persiapan sudah matang, Khalid
memerintahkan untuk memulai dengan perang tanding. Mulailah para jagoan
Islam di tiap pasukan maju hingga membuat suasana memanas. Sementara
Khalid berdiri menyaksikan laga tersebut.
Ditengah suasana
yang sudah memanas, pemimpin pasukan lini depan Romawi yang bernama
Jarajah ingin bertemu dengan Khalid di tengah dua pasukan. Ia bertanya
mengenai agama Islam, maka Khalid memberitahukan dakwah Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad. Akhirnya, Jarajah masuk Islam, membalikkan
sisi perisainya dan masuk ke dalam barisan pasukan Islam.
Melihat pembelotan Jarajah, pasukan Romawi menyerbu ke barisan kaum
muslimin. Mahan memerintahkan pasukan sayap kanan menyerang menerobos
pertahanan sayap kanan pasukan Islam. Kaum muslimin tetap tegar berjuang
di bawah panji-panji mereka, hingga berhasil membendung serangan musuh.
Setelah itu, pasukan besar Romawi datang lagi bak gunung besar yang
berhasil memporak-porandakan pasukan sayap kanan, hingga pasukan Islam
beralih ke tengah. Tak lama kemudian, mereka saling memanggil agar
kembali ke medan laga hingga berhasil memukul mundur kembali. Adapun
para wanita, tatkala melihat ada tentara Islam yang lari mundur, mereka
segera memukulinya dengan kayu, atau melemparinya dengan batu sehingga
tentara tersebut kembali ke kancah peperangan.
Kemudian Khalid
beserta pasukannya yang berada di sayap kiri menerobos ke sayap kanan
yang kebobolan diserang musuh, hingga berhasil membunuh enam ribu
tentara Romawi. Lalu Khalid membawa seratus pasukan berkuda menghadapi
seratus ribu tentara Romawi hingga berhasil meluluhlantakkan pasukan
musuh.
Pada hari itu, begitu terlihat kegigihan, kesabaran, dan
kepahlawanan tentara-tentara Islam hingga pasukan Romawi berputar-putar
seperti penumbuk gandum. Mereka tidak melihat, pada perang itu,
melainkan kepala-kepala yang berterbangan, tangan-tangan maupun
jari-jari yang terpotong, serta semburan darah yang membasahi medan
laga.
Ketika itulah, seluruh pasukan Islam menyerbu dengan
serentak, untuk kemudian dengan leluasa menghabisi musuh tanpa ada
perlawanan sedikit pun. Jarajah pun akhirnya terluka parah dan meninggal
dunia. Padahal beliau belum pernah shalat sekalipun, kecuali dua
raka’at yang dikerjakan (diajarkan) oleh Khalid ketika baru/awal masuk
Islam.
Peperangan ini berawal dari siang hingga malam, sampai
kemenangan diraih oleh Islam dan kaum muslimin. Malam itu, pasukan
Romawi berlari dalam kegelapan. Adapun pasukan Romawi yang diikat rantai
besi, jika salah seorang dari mereka terjatuh, maka terjatuhlah
seluruhnya. Malam itu, Khalid bermalam di kemah Tadzariq, pimpinan
tertinggi pasukan Romawi.
Pasukan berkuda berkumpul di sekitar
kemah Khalid menunggu tentara Romawi yang lewat untuk dibunuh hingga
waktu pagi tiba. Tadzariq pun terbunuh. Telah terbunuh pada hari itu
120.000 lebih pasukan Romawi. Adapun tentara Islam yang gugur di medan
perang sebanyak tiga ribu pasukan. Kaum muslimin mendapat harta pampasan
yang begitu banyak pada perang ini.
Demikianlah, kejayaan yang
diraih oleh umat Islam tatkala mereka kokoh diatas kemurnian ibadah
kepada Allah dan berpegang teguh kepada sunnah (ajaran) Rasul-Nya .
Sebagaimana firman Allah (yang artinya): ”Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
sholih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)
Sumber: buletin-alilmu.com (Jember)
No comments:
Post a Comment