Disusun
Oleh:
Ø Diki
Komarudin
Ø Erwan
Badrudin
Ø Ririn
Arita
SEKOLAH
TINGGI KESEHATAN PERGURUAN TINGGI MH. THAMRIN
Jalan
Raya Pondok Gede Nomor 23-25
JAKARTA
TIMUR 13550
KATA PENGANTAR
Segala
puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat karunia dan
hidayahnyalah kita diberi kesehatan lahir dan batin, selain dari pada itu kami
ucapkan kepada guru pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada
kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah
ini memuat tentang “Hereditas” Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami
materi – materi tentang hereditas dan bias dapat mengambil tindakan positif
yang berhubungan dengan hereditas atau pewarisan sifat.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karenanya penyusun mohon untuk
kritik dan sarannya. Terima kasih.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 2
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.............................................................................................. 3
B. TUJUAN................................................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hereditas.................................................................................................................... 4
B. Macam
– macam persilangan..................................................................................... 5
C. Penyimpangan
hukum mendel................................................................................... 8
D. Jenis
kelamin.............................................................................................................. 9
E. Sifat
atau cacat penurunan autosom.......................................................................... 10
F. Sifat
atau cacat penurunan gonosom......................................................................... 15
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
........................................................................................................ 18
B. SARAN..................................................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bila kita
perhatikan kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita maka akan tampak adanya
kesamaan kejadian satu dengan kejadian lainnya, tetapi ada pula perbedaan
kejadian satu dengan kejadian lainnya. Sama halnya manusia, manusia satu dengan
manusia lainnya meskipun memiliki beberapa kesamaan (contoh, kesamaan bawaan
atau lingkungan) tetapi masih saja terdapat perbedaan yang ditimbulkan.
Setiap manusia
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dapat
dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam (faktor yang ada
dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas:bawaan/warisan) dan faktor
luar (faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai dengan
faktor lngkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan
perkembangan tertentu pula.
Masing-masing individu lahir ke
dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti bahwa, karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan atau pemidahan dari cairan-cairan
“germinal’ dari pihak orang tuanya. Bagaimanakah pengaruh hereditas terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak? Maka dalam makalah ini Penulis berusaha
membantu memberikan sedikit gambaran bagaimana hereditas dan lingkungan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
B.
TUJUAN
Setelah
mempelajari Hereditas Pada Tumbuhan dan Hewan, Kalian diharapkan dapat
memahami, menafsirkan, dan mengkomunikasikan pemahaman konsep hereditas,
penerapan Hukum Mendel dan penyimpangannya serta dasar-dasar pemuliaan tumbuhan
dan hewan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Hereditas
Keturunan memperoleh gen dari
orang tua melalui pewarisan kromosom. Kita sering melihat ada seorang anak
memiliki kemiripan dengan orang tuanya misalnya seorang anak memiliki
bintik-bintik yang sama dengan ibunya, dan mata seorang anak mirip dengan mata
ayahnya. Tapi oraang tua tidak secara harpiah mewariskan suatu sipat kepada
anak. Dibawah ini akan dijelaskan tentang pewwarisan sifat.
Pewarisan
sifat pada gen. orang tua memberikan sifat terkode pada anak-anaknya dalam bentuk
unik herediter yang disebut gen. gen-gen yang kita warisi dari orang tua
merupakan tautan-tautan genetic kita dengan orang tua, dan gen-genlan yang
menebabkan kemiripan pada keluarga. Gen-gen kita mewariskan sifat-sifat
spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang berfertilisasi menjadi
dewasa, sel-sel menerjemahkan sifat-sifat yang diwariskan dari orangtua.
Pewarisan
sifa-sifat herediter memiliki basis molekuler pada reflikasi DNA secara tepat.
Yang menghasilkan salinan gen – gen yang dapat diwariskan dari orang tua kepada
anak. Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas, misalnya manusia
memiliki 46 kromosom dihampir semua selnya. Setiap kromosom terdidi atas satu
DNA tunggal yang panjang yang terkumpar secara rumit bersama dengan berbagai
protein. Suatu kromosom mengandung ratusan atau bahkan ribuan gen, yang
masing-masing merupakan sekuens spesifik nukleotida dalam molekul.
Mendel dan
gagasan tentang gen
Genetika modern
terlahir disuatu biara, tempat seorang biarawan bernama Groger Mendel
mendokumentasikan mekanisme pertikulat untuk pewarisan sifat. Mendel menemukan
prinsif-prinsif tentang pewarisan sifat dengan cara membiakan ercis kebun,
dalam percobaan – percobaan yang secara hati-hati. Dan kita akan melihat
bagaimana model penelitian mendel berlaku untuk pewarisan sifat variasi manusia
termasuk kelainan herediter seperti penyakit sel-sabit.
Model menndel
Ada empat Model
mendel yang digunakan dalam hereditas yang saling mendukung dengan hokum
sebelumnya, yaitu:
Yang pertama
versi alternative gen menyebabkan vaiasi
yang diwarisi.
Kedua untuk setiap karakter organisme mewarisi dua
alel, satu dari masing – masing induk.
Ketiga jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka
salah satunya adalah alel dominan, nenentukan kenampakan organism, yang satu
lagi alel resesif.
Dan yang
keempat hokum segresi menyatakan : bahwa
ada dua alel untuk satu karakter terwariskan bersegresi (memisah) selama
pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam gamet-gamet berbeda.
Dengan demikian
sel telur atau sel seperma hanya memperoleh salah satu dari kedua alel yang ada
dalam sel-sel somatic dari organism pembuat gamet tersebut.
Homozigot adalah suatu organism yang
memiliki sepasang alel identik untuk suatu karakter (gen).
PP = ercis
bunga ungu untuk alel dominan
pp = ercis
bunga pitih untuk alel resesif
terjadi pada
persilangan galur murni
Heterozigot adalah suatu organism yang
memiliki dua alel yang brbeda untuk suatu gen (Pp).
Hereditas pada manusia
mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau kelainan pada manusia.
Penurunan sifat pada manusia
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. autosomal sifat yang terpaut
koromosom tubuh, Sifat yang autosomal manifestasinya dapat muncul baik pada
anak laki-laki maupun perempuan.
2. gonosomal
sifat yang terpaut kromosom sex, sifat yang gonosomal manifestasinya
dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada anak laki-laki saja atau
perempuan saja.
B.
Macam-macam
Persilangan
1.
Persilangan Monohibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki
satu sifat beda.
Diagram persilangan monohibrid
Induk (P1) : TT >< tt
(tinggi) (pendek)
Gamet (G) : T t
Keturunan1 (F1): Tt (tinggi)
P2 : F1 >< F1
Tt Tt
G : T T
t t
F2 : TT (tinggi), Tt (tinggi), Tt (tinggi), tt (pendek)
Induk (P1) : TT >< tt
(tinggi) (pendek)
Gamet (G) : T t
Keturunan1 (F1): Tt (tinggi)
P2 : F1 >< F1
Tt Tt
G : T T
t t
F2 : TT (tinggi), Tt (tinggi), Tt (tinggi), tt (pendek)
2. Persilangan Dihibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki dua sifat beda.
Diagram persilangan dihibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki dua sifat beda.
Diagram persilangan dihibrid
P1 : BBKK >< bbkk
(bulat kuning) (kisut hijau)
G : BK bk
F1 : BbKk (bulat kuning)
P2 : F1 >< F1
BbKk BbKk
G : BK BK
(bulat kuning) (kisut hijau)
G : BK bk
F1 : BbKk (bulat kuning)
P2 : F1 >< F1
BbKk BbKk
G : BK BK
Bk Bk
bK bK
bk bk
♂
♀
|
BK
|
Bk
|
bK
|
bk
|
BK
|
BBKK
|
BBKk
|
BbKK
|
BbKk
|
Bk
|
BBKk
|
BBkk
|
BbKk
|
Bbkk
|
bK
|
BbKK
|
BbKk
|
bbKK
|
bbKk
|
Bk
|
BbKk
|
Bbkk
|
bbKk
|
bbkk
|
F2 : 9
: 3 : 3 : 1
Perkawinana resiprok
Prinsip – prinsip mendel
tersebut diatas mudah dibuktikan bila diadakan perkawinan (penyilangan )
resiprok. Penyilangan resiprok adalah penyilangan gamet jantan dan gamet betina
dipertukarkan sehingga menghasilkan keturunan yang sama
Testcross
Testcross
adalah perkawinan antara F1 dengan salah satu induk yang resesif. Testcross
disebut juga perkawinan pengujian (uji silang) karena bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu individu bergenotipe homozigot (bergalur murni) atau
heterozigot. Jika hasil testcross menunjukkan perbandingan fenotipe keturunan
yang memisah 1 : 1, maka dapat disimpulkan bahwa individu yang diuji
tersebut adalah bukan galur murni , berarti heterozigot. Sedangkan jika hasil
testcross 100% berfenotipe sama berarti homozigot.
Lihat diagram persilangan dibawah ini:
Lihat diagram persilangan dibawah ini:
F1 disilangkan dengan galur murni (parental 1) yang
resesif
A = bunga merah
a = bunga putih
P1 AA
(merah) X aa (putih)
Gamet
A a
F1 Aa (merah)
P2 Aa
(merah) X aa(putih)
Gamet
A,a a
F2
1Aa (merah) : 1 aa (putih)
Hasil persilangan test cross (uji
silang)
Monohibridaà RF = 1 : 1
Dihibrida
à
RF = 1 :1:1:1
Trihibrida
à
RF = 1:1:1:1:1:1:1:1
C.
Penyimpangan Hukum Mendel
Interaksi beberapa pasangan alel.
Alel-alel
dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi dan memunculkan perbandingan
fenotip yang tidak umum, misalnya bentuk pial pada ayam.
Fenotip Genotip
a.
RRpp = pial gerigi (ros)
b.
rrPP = pial biji (pea)
c.
rrpp = pial bilah (single)
d. RRPP
= pial sumpel ( walnut)
Diagram persilangan pada pial ayam
P1 : ♂
RRpp X
♀ rrPP
ros pea
F1 : RrPp (walnut)
P2 : F1 >< F1
RrPp >< RrPp
G : RP RP
ros pea
F1 : RrPp (walnut)
P2 : F1 >< F1
RrPp >< RrPp
G : RP RP
Rp Rp
rP rP
rp rp
F2 :
R
– P – = 9 ….
R
– pp = 3 ….
rrP
–
= 3 ….
rrpp =
1
D.
Jenis Kelamin
Jenis
kelamin pada manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom seks, yaitu kromosom
XX untuk perempuan dan kromosom XY untuk laki-laki. Berdasarkan susunan
tersebut, kromosom perempuan bersifat homogametic, sedangkan susunan kromosom
seks laki-laki bersifat heterogametic. Bila terjadi pembelahan meiosis, maka
seorang perempuan hanya akan menghasilkan satu macam sel gamet yaitu X,
sedangkan laki-laki akan menghasilkan dua macam sel gamet yaitu X dan Y.
Perhatikan skema berikut ini
Dari skema di
atas nampak jelas bahwa yang menentukan jenis kelamin anak adalah ayah, sebab
ibu hanya menghasilkan satu macam kromosom seks, sedangkan ayah menghasilkan
dua macam kromosom seks. Seorang ibu akan memberikan jenis kromosom seks yang
sama baik kepada anak laki-laki maupun anak perempuan, sedangkan ayah akan
memberikan kromosom X kepada anak perempuan dan kromosom Y kepada anak
laki-laki.
E. Sifat / Cacat
Menurun Autosomal
Beberapa sifat atau cacat
menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom) adalah sebagai berikut
1.
Albinisme
Albinisme
merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai tirosin yang akan
diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan kulit tampak putih (albino),
dan matanya peka terhadap cahaya. Gen penyebab albino bersifat resesif,
sedangkan alel dominannya mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir
dari pasangan suami isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier)
P :
Aa x Aa
F :
AA : normal
Aa : normal (carrier)
aa : albino
Aa : normal (carrier)
aa : albino
2. Idiot/Imbisil
Cacat menurun ini disebabkan
karena seseorang tidak punya enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin.
Akibatnya terjadi penimbunan fenilalanin dalam darah dan diubah menjadi asam
fenilpiruvat. Tingginya kadar fenilpiruvat menghambat perkembangan dan fungsi
otak. Kelainan ini sering disebut phenilketouria (PKU) karena
banyaknya kandungan residu fenilpiruvat yang terdapat pada urine.
Anak yang idiot/imbisil memiliki ciri sebagai
berikut:
- IQ rendah
- gerakan lambat
- rambut sering kekurangan pigmen
- dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat
Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami
isteri yang keduanya membawa gen resesif.
P :
Ii x Ii
F :
II : normal
Ii : normal (carrier)
ii : idiot
Ii : normal (carrier)
ii : idiot
3. Thallasemia
Thallasemia
merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang berbentuk tidak beraturan,
kadar Hb sedikit sehingga penderita sering kekurangan oksigen (hipoksemia).
Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.
Ada dua jenis
thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia minor (Thth). Sel
darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk tidak beraturan dan
umumnya lethal. Sedangkan pada penderita thallasemia minor sebagian sel darah
merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bisa bertahan hidup dengan
melakukan transfusi reguler.
Penderita thallasemia mayor lahir dari
perkawinan antar penderita thallasemia minor.
P :
Thth x Thth
F :
ThTh : thallasemia mayor
Thth
: thallasemia minor
thth
: normal
4.
Golongan Darah
Kita akan
membahas dua klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah golongan ABO dan
Rhesus
Golongan ABO
Golongan ini
membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan O, didasarkan pada
adanya jenis antigen tertentu pada sel darah yang disebut isoaglutinogen.
Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat dilihat pada tabel
berikut.
Golongan darah
ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan IO.
IA dan IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.
Contoh: perkawinan antara pria golongan A
heterozigot dengan wanita B heterozigot.
P : I A
IO
x IB IO
G : IA
, IO
IB , IO
F : IA
IB : golongan AB
IA
IO : golongan A
IB
IO : golongan B
IO
IO : golongan O
Golongan Rhesus
Golongan ini
dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus rhesus, yang dulu sering
digunakan untuk mengetes darah orang. Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus +
dan Rhesus -. Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel
berikut.
Golongan Rhesus
ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila seorang pria Rhesus + menikah
dengan wanita Rhesus -, kemungkinan anaknya menderita eritroblastosis fetalis
(penyakit kuning bayi).
Contoh: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita
Rh -
P : pria Rhesus
+
x wanita Rhesus –
RhRh
rhrh
G :
Rh
rh
F : Rhrh
Rhesus + (eritroblastosis fetalis)
Kasus eritroblastosis: perhatikan bahwa eritrosit anak golongan Rh+ digumpalkan oleh antibodi ibu (warna putih) yang bergolongan Rh- ketika dalam kandungan
F.
Sifat/Cacat
Menurun Gonosomal
Sifat yang
diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan menjadi dua, yaitu terpaut
kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang terpaut kromosom X dapat diturunkan
pada anak perempuan dan anak laki-laki, tetapi fenotif yang muncul bergantung
pada susunan genotifnya. Sedangkan gen yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan
pada anak laki-laki.
Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X
adalah hemofili dan butawarna.
Hemofili
merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk membeku. Penyakit
ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal dikendalikan oleh gen H.
Seorang wanita normal memiliki dua gen H pada masing-masing kromosom X. Bila
salah satu kromosom X terdapat gen h, wanita ini termasuk wanita normal tetapi
membawa sifat hemofili (carrier). Bila pada kedua kromosom X terdapat gen h
wanita tersebut menderita hemofili dan umumnya lethal. Pria menderita hemofili
bila pada kromosom X-nya terdapat gen h, dan normal bila terdapat gen H.
Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari ibu carrier.
XHXH :
wanita
normal
XHY : pria normal
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
XhXh :
wanita hemofili
Contoh:
P : pria
normal x wanita carrier
XHY
XHXh
G
: XH,
Y XH,
Xh
F : XHXH
: wanita
normal
XHY : pria normal
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
2. Butawarna (colorblind)
Angka berapa ya? Gambar apa nih?
Butawarna
merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa membedakan warna. Umumnya
tidak bisa membedakan warna merah dan hijau (dikromatis). Sedangkan pada
butawarna total orang tidak bisa melihat warna. Kelainan ini juga disebabkan
gen resesif c, sedangkan sifat normal dikendalikan gen dominan C.
Anak perempuan buta warna dapat
dilahirkan dari pria butawarna yang menikah dengan wanita carrier.
P : pria
butawarna
x wanita carrier
XcY
XCXc
G : Xc,
Y
XC, Xc
F : XCXc
: wanita normal carrier
XcXc : wanita butawarna
XCY : pria normal
XcY : pria butawarna
XcXc : wanita butawarna
XCY : pria normal
XcY : pria butawarna
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang
terkait dengan faktor hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu sebagai berikut ini.
1) Pertumbuhan
dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas) dan faktor luar
(lingkungan).
2) Faktor
internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat,
intelegensi dan penyakit.
3) Pembawaan tidak akan berarti
apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu
sendir
Gen
adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya diprkirakan 4-50 µ . Istilah
gen pertama kali diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai pengganti
istilah factor keturunan atau elemen
yang
dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang adanya
suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat
diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan
bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untuk
menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian
jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.
Gen
menumbuhkan serta mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik
maupun psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa protein
seperti; kulit dibentuk oleh keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari
(Hb, globulin, dan fibrinogen), jaringan pengikat dari (kolagen dan elastin),
tulang dari Ossein, tulang rawan dari kondrin.
Gen
sebagai factor keturunan tersimpan di dalm kromosom, yaitu di dalam manik –
manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema
Hereditas pada manusia
mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau kelainan pada manusia.
Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. autosomal sifat yang terpaut
koromosom tubuh, Sifat yang autosomal manifestasinya dapat muncul baik pada
anak laki-laki maupun perempuan.
2. gonosomal
sifat yang terpaut kromosom sex, sifat yang gonosomal manifestasinya
dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada anak laki-laki saja atau
perempuan saja.
B.
SARAN
Setelah
membaca makalah ini kami selaku penyusun berharap agar pembaca dapat memahami
tentang hereditas. Adapun saran yang ingin disampaikan penyusun adalah agar
pembaca mempelajari sistem pewarisan sifat dan bias menumbuhkan rasa cinta
terhadap diri dan lingkungan. Selain daripada itu penyusun menyarankan agar
pembaca melihat potensi yang ada pada diri kita karena sesungguhnya kita
memiliki potensi yang sangat berguna.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, dkk. Biologi.
Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2000. 265-267.
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
20. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2003. 515-518.
Pai, A.C. Dasar – dasar genetika. Ilmu untuk Masyarakat. Edisi kedua. McGraw-Hill, Inc. Alih
Bahasa Dr. Muchidin Apandi, Msc, ITB. Penerbit Erlangga.
Jakarta, 1987.
Robert, J.A.F. Pengantar Genetika Kedokteran. Edisi delapan. Alih Bahasa Dr.
Hartono, FK Univ
No comments:
Post a Comment